Hacker Minta Tarik Uang

Hacker Minta Tarik Uang

Sebelumnya, pada 4 dan 5 Februari, para peretas ini mengirimkan berbagai permintaan untuk menarik uang dari akun Bank Bangladesh, menggunakan protokol kepada The Fed. Penerimanya adalah beberapa lembaga non pemerintah di Filipina dan Sri Lanka.

Empat permintaan pertama dari para peretas ini berhasil dipenuhi. Sementara permintaan kelima, ditolak oleh bank perantara, yakni Deutsch Bank. Sebab, peretasnya saat itu salah mengeja huruf yang seharusnya "foundation" tetapi tertulis "fandation".

Deutsch Bank kemudian meminta izin lebih lanjut dari Bank Bangladesh untuk menghentikan transaksi. Sayangnya, hacker telah berhasil membawa kabur uang US$ 81 miliar dan memindahkannya ke rekening bank di Filipina.

Kejadian tersebut menunjukkan betapa buruknya pengelolaan keamanan moneter di Bangladesh.

"Saya tidak dapat memberikan pernyataan tentang hal tersebut, sebab saya tidak mendapat informasi itu dari bank sentral. Bahkan, saya baru melihat berita di media," kata Menteri Keuangan Bangladesh.

Menurut Kaspersky Lab, setelah Bangladesh mengintegrasikan sistem perbankan online-nya, mereka terus mendapatkan ancaman kejahatan siber.

Pelajaran penting yang dipetik dari kejadian ini adalah, pemerintah harus fokus pada pengembangan sumber daya manusia. Bahwa, orang-orang yang dipilih menjabat harus memiliki kemampuan sepadan mengingat risiko yang harus dihadapinya.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa ketelitian harus diutamakan. Sebab merujuk kasus tersebut, pembobolan akun bank dapat dihentikan karena si peretas kurang keterampilan dalam mengeja sebuah kata.

Hal itu menimbulkan pertanyaan serius atas integritas sistem transfer uang berbasis kode Swift. Karenanya, pihak berwenang harus dapat menilai kembali proses verifikasi transfer dana internasional.